Ahli Gizi dari Persegi Ingatkan Lansia Membatasi Asupan Gula Garam dan Lemak

- 26 Mei 2022, 20:53 WIB
Ahli Gizi ingatkan lansia mencegah kesehatan dari asuopan gula, garam dan lemak.
Ahli Gizi ingatkan lansia mencegah kesehatan dari asuopan gula, garam dan lemak. /Pexels.com/Andrea Piacquadio

PORTAL MINAHASA - Ahli gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persegi) Dr. Atmarita, MPH mengingatkan agar kelompok lanjut usia (lansia) membatasi asupan gula, garam, dan lemak (GGL) agar mencegah kemungkinan munculnya penyakit.

Menurut buku lanjut usia dari Kementerian Kesehatan, konsumsi GGL yang dianjurkan yaitu gula maksimum empat sendok makan (50 gram/hari), garam maksimum satu sendok teh (2 gram/hari), dan lemak maksimum lima sendok makan minyak sayur (67 gram/hari).

Pada lansia dengan kondisi sehat, konsumsi camilan, kopi, goreng-gorengan, atau junk food masih diperbolehkan asalkan sesuai dengan batasan jumlah konsumsi yang ditetapkan, bahwa setiap orang memiliki batasan jumlah GGL tertentu sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing.

“Penduduk Indonesia sudah eksesif konsumsi GGLnya, jadi musti dilihat (dicek) lagi. Kalau misalnya dia sudah makan nasi (sumber karbohidrat) berlebih, kemudian masih harus minum kopi, ya, kopinya tidak perlu pakai gula, atau hindari makanan manis. Prinsipnya kebutuhan GGL itu bisa tidak berlebihan,” kata Atmarita seperti yang dikutip dari ANTARA.

Studi oleh Atmarita beserta rekan di jurnal Persegi menunjukkan bahwa 29,7 persen penduduk Indonesia atau setara dengan 77 juta jiwa telah mengonsumsi GGL melebihi rekomendasi WHO. Studi tersebut dilakukan dengan menganalisis data Survei Konsumsi Makanan Individu 2014.

Lanjut lagi ia mengatakan sejumlah risiko penyakit yang dapat muncul terkait dengan konsumsi GGL berlebih termasuk obesitas, hipertensi, diabetes, dan sebagainya.

“Obesitas sudah tinggi. Kemudian penyakit tidak menularnya berdampak juga. Jadi ada orang misalnya obesitas, hipertensi, dan diabetes, komplikasi itu sudah lebih dari 50 persen (yang menderita di Indonesia) di atas usia 18 tahun. Jadi memang risikonya sudah tinggi sekali,” katanya.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi hipertensi dan diabetes melitus meningkat dari 2013 ke 2018. Pada hipertensi dari hasil pengukuran di atas 18 tahun, angkanya meningkat dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen. Penderita diabetes melitus di atas 15 tahun juga meningkat dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen.

Sementara itu, proporsi obesitas pada dewasa dengan usia di atas 18 tahun juga mengalami peningkatan dari 14,8 persen pada 2013 menjadi 21,8 persen pada 2018.

Halaman:

Editor: Zulfikar Mokoginta

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini