Inilah Profil Dan Rekam Jejak Soeharto Dalam Penumpasan G30S PKI, Hingga Menjadi Presiden Republik Indonesia

- 20 September 2022, 17:23 WIB
Inilah Profil Dan Rekam Jejak Soeharto Dalam Penumpasan G30S PKI, Hingga Menjadi Presiden Republik Indonesia
Inilah Profil Dan Rekam Jejak Soeharto Dalam Penumpasan G30S PKI, Hingga Menjadi Presiden Republik Indonesia /Instagram.com/@jejaksoeharto.

PORTAL MINAHASA - Soeharto adalah Presiden Republik Indonesia ke-2 setelah menggantikan Presiden Soekarno.

Soeharto, lahir 8 Juni 1921 di Kemusuk Argamulya, Jawa, dan meninggal pada 27 Januari 2008, di Jakarta.

Soeharto salah satu perwira tinggi militer Angkatan Darat dan telah menjadi Presiden RI selama 32 tahun yakni dari tahun 1967 sampai 1998.

Baca Juga: Lirik Lagu Sang Dewi Dinyanyikan Lyodra Ginting dan Andi Rianto

Dalam tiga dekade kepemimpinannya sebagai Presiden RI, memberi stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Tetapi dengan gaya kepemimpinan Soeharto dengan rezim otoriternya, beliau menjadi korban dari kemerosotan ekonomi pada 90an serta korupsi dalam internalnya sendiri.

Soeharto adalah seorang putra dari pejabat serta pedagang kecil di Yogyakarta, dan ia mempunyai cita-cita pada masa mudanya dalam berkarir di militer.

Setelah selesai dalam pendidikan Sekolah Menengah Atas, ia sempat bekerja sebagai pegawai Bank.

Soeharto bergabung dengan militer tentara Hindia Belanda dan kemudian setelah penaklukan Jepang pada tahun 1942, beralih ke korps pertahanan dalam negeri yang dibuat Jepang dan menerima pelatihannya sebagai perwira.

Setelah menyerahnya Jepang pada tahun 1945, Soeharto dan pasukan tempurnya bergerilya dan mencari kemerdekaan dari Belanda.

Pada saat tahun 1950 Indonesia Menjadi Republik, Soeharto Membedakan dirinya sebagai Komandan Batalyon di Jawa Tengah dan Mencapai tingkat Letnan Kolonel.

Selama 15 tahun berikutnya, Suharto naik terus di tentara Indonesia, menjadi kolonel pada tahun 1957, brigadir jenderal pada tahun 1960, dan mayor jenderal pada tahun 1962.

Pada tahun 1963, Suharto secara rutin ditunjuk sebagai komando strategis tentara, sebuah kekuatan yang berbasis di Jakarta untuk menanggapi keadaan darurat nasional.

Pemimpin Indonesia pada saat itu, Presiden Soekarno, untuk sementara menjalin hubungan dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Cina.

Baca Juga: Lirik Lagu Entah Siapa yang Salah, Orang Ketiga yang Dinyanyikan Thomas Arya

Akan tetapi tentara tetap menentang komunisme dengan keras.

Pada tanggal 30 September 1965, sekelompok perwira sayap kiri yang tidak puas dan beberapa pemimpin PKI berusaha merebut kekuasaan di Jakarta.

Hingga menewaskan enam dari tujuh jenderal senior Angkatan Darat.

Salah satu perwira tertinggi yang lolos dari pembunuhan, Soeharto sebagai kepala Komando Strategis, memimpin tentara untuk menghancurkan kudeta dalam beberapa hari.

Soekarno dicurigai terlibat dalam kudeta, dan kekuasaan sekarang mulai beralih ke tentara.

Pada bulan-bulan berikutnya, Soeharto mengarahkan pembersihan komunis dan kaum kiri dalam kehidupan publik.

Dan teladannya diikuti dalam bentuk yang dibesar-besarkan oleh para main hakim sendiri dalam pembantaian besar-besaran komunis di seluruh negeri di mana ratusan ribu orang kehilangan nyawa mereka.

Soeharto yang menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, mengambil kendali efektif atas pemerintah Indonesia pada 12 Maret 1966, meskipun Soekarno tetap menjadi presiden untuk satu tahun lagi.

Soeharto melarang PKI dan mulai merumuskan kebijakan baru untuk menstabilkan kehidupan ekonomi dan politik negara.

Yang berada di ambang kekacauan di tahun-tahun terakhir pemerintahan Sukarno.

Pada bulan Maret 1967 Konferensi Permusyawaratan Rakyat mengangkat Soeharto sebagai pejabat presiden.

Dan pada bulan Maret 1968 ia terpilih sebagai presiden untuk masa jabatan lima tahun.

Sebagai presiden, Suharto melembagakan kebijakan yang disebutnya Orde Baru, mengandalkan bantuan para ekonom berpendidikan Amerika untuk menghidupkan kembali ekonomi Indonesia.

Baca Juga: Lirik Lagu Sucat Pelay Boog, Jangan Nyanyikan Sambil Tertawa, Bisa Sebabkan Ini!

Didorong oleh investasi Barat dan bantuan asing, produksi minyak dalam negeri Indonesia telah meningkat secara substansial.

Dan hasilnya digunakan untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan.

Pada tahun 1972, Suharto telah berhasil memulihkan pertumbuhan ekonomi yang stabil sambil juga mengurangi inflasi tahunan menjadi kurang dari 9 persen dari 630 persen pada tahun 1966.***

Editor: Fahmi Gobel

Sumber: Britanica


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini