Ekonomi Indonesia Terancam Goyang Akibat Inflasi, Legislator DPR RI Bilang Begini

- 18 Mei 2022, 08:18 WIB
Jika inflasi meningkat, maka krisis ekonomi ancam Indonesia
Jika inflasi meningkat, maka krisis ekonomi ancam Indonesia /Image by Markus Winkler from Pixabay

PORTAL MINAHASA – Inflasi di Indonesia akan menyebabkan harga melonjak, menurunkan daya beli masyarakat, meningkatkan suku bunga, serta meningkatkan pengangguran dan kemiskinan.

Ini ancaman serius. Anggota Komisi IX DPR RI Heri Gunawan mengatakan saat ini adalah waktu yang tepat untuk memperkuat program perlindungan sosial masyarakat Indonesia.

Tingkat inflasi Indonesia pada 2022 diperkirakan meningkat di atas 5-6 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri mencatat, tingkat inflasi per April 2022 telah mencapai 3,47 persen secara tahunan. Secara bulanan inflasi mengalami kenaikan 0,95 persen.  

Baca Juga: Akar Ginseng, Rajanya Obat Tradisional dari Asia, Simak Sederet Manfaatnya

Dalam siaran persnya Rabu 18 Mei 2022, legislator yang akrab disapa Hergun itu memaparkan sebelumnya, DPR RI dan pemerintah telah sepakat menetapkan inflasi Indonesia 2022 pada rentang 2-4 persen.

Jika angka inflasi Indonesia melebihi yang ditetapkan, maka perlu penguatan daya beli masyarakat dan menjamin ketersediaan barang. Adapun jika kedua hal tersebut tidak dilakukan, bisa saja naiknya inflasi akan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian.

Menurut Kapoksi Gerindra di Komisi XI DPR RI itu, kenaikan inflasi sebetulnya menunjukkan pulihnya daya beli masyarakat Indonesia setelah dua tahun melemah akibat pandemi Covid-19. Penguatan daya beli, katanya, membuktikan pula upaya pemulihan ekonomi nasional sudah relatif membuahkan hasil.

Baca Juga: Begini Cara Baiat teroris MIT Poso ke ISIS yang Dibongkar Polisi

“Inflasi akan menyebabkan harga-harga di Indonesia melonjak tinggi, menurunkan daya beli masyarakat, meningkatkan suku bunga, serta meningkatkan pengangguran dan kemiskinan.”

‘’Pemerintah Indonesia sebaiknya segera menyiapkan mitigasi untuk meminimalisir dampak inflasi. Prioritas utama harus menyelamatkan rakyat agar tidak banyak yang jatuh ke jurang kemiskinan,” pandang Hergun.

Ia menyebut negara-negara yang selama ini jadi mitra dagang Indonesia juga mengalami inflasi.

Baca Juga: Forum Batak Intelektual Serahkan Bukti Kasus Dugaan Asusila Hotman Paris

Misalnya, Amerika Serikat dengan share perdagangan sebesar 12,40 persen, mengalami inflasi sebesar 8,3 persen (year-on-year/yoy) atau secara tahunan pada April 2022.

Uni Eropa dengan share perdagangan sebesar 11,46 persen, mengalami inflasi sebesar 7,5 persen (yoy) pada Maret 2022. China yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia dengan share perdagangan sebesar 20,24 persen, telah mencatatkan inflasi sebesar 2,1 persen (yoy) pada April 2022 yang merupakan level tertinggi sejak November 2021.

“Tidak hanya itu, IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen, dengan inflasi yang diperkirakan meningkat dari 3,9 persen menjadi 5,7 persen untuk kelompok negara maju, dan dari 5,9 persen menjadi 8,7 persen untuk kelompok negara berkembang,” urainya.

Legislator dapil Jabar IV ini melanjutkan, dengan realitas kondisi di atas, maka transmisi kenaikan inflasi dari negara-negara mitra dagang ke Indonesia tinggal menunggu waktu saja.

Di sinilah prediksi angka inflasi di Indonesia dapat mencapai 5-6 persen pada 2022. Rakyat kecil harus diselamatkan dari dampak kenaikan harga dengan memperkuat program perlindungan sosial (Perlinsos).

Ada dua manfaat yang ditunjukkan dari Perlinsos, yaitu memperkuat daya beli masyarakat dan negara hadir di tengah rakyat menghadapi tantangan inflasi.

Hergun mengajak semua pihak menyikapi secara bijak tantangan inflasi yang sudah di depan mata. Perlu diwaspadai, namun tidak perlu panik berlebihan.

Angka inflasi 5-6 persen sejatinya masih moderat. Hal tersebut lantaran masih stabilnya harga pangan dan nilai tukar rupiah yang didukung masih kuatnya cadangan devisa hasil dari surplus perdagangan selama 23 bulan berturut-turut.

Hergun pun menambahkan, solusi yang tidak kalah penting yaitu meningkatkan investasi. Hal tersebut untuk menanggulangi potensi terjadinya PHK dan meningkatnya pengangguran sebagai salah satu dampak inflasi. Peningkatan investasi akan berdampak positif terhadap pemulihan ekonomi serta pengurangan angka penggangguran.

Menurut data per Februari 2022 angka pengangguran mencapai 8,40 juta orang. Karena itu, Hergun yang juga Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI menilai pemerintah perlu mendorong peningkatan investasi sebagaimana yang diamanatkan UU Cipta Kerja.

"Meskipun UU Cipta Kerja dinyatakan inkonstitusional bersyarat oleh Mahkamah Konstitusi serta perlu diperbaiki dalam tempo 2 tahun, pemerintah perlu konsisten menjalankan semangat kemudahan berusaha dalam UU Cipta Kerja," pungkasnya.***  

Editor: Fauzi Amrullah Permata

Sumber: DPR RI


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini