AS Tuding Rusia Jadikan Kelaparan Sebagai Senjata Perang, Tuntut Pemblokiran di Laut Hitam Segera Dihentikan

20 Mei 2022, 20:23 WIB
Ilustrasi konflik Rusia dan Ukraina. /Pixabay/mediamodifier/

PORTAL MINAHASA – Pemblokiran pelabuhan Laut Hitam di Ukraina oleh Rusia mengakibatkan pasokan makanan dan pupuk ke seluruh dunia tertahan.

Amerika Serikat (AS) menuding Rusia sengaja memblokade pelabuhan Laut Hitam untuk dijadikan kelaparan sebagai senjata.

Menurut Amerika, pemblokiran pelabuhan laut hitam mengancam jutaan orang di Ukraina dan di pegara-negara lain diserang kelaparan akibat pasokan makanan dan pupuk yang masih tertahan.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah mengajukan tuntutan kepada Rusia agar mencabut blokade pelabuhan Laut Hitam Ukraina, sehingga memungkinkan aliran pasokan makanan dan pupuk ke seluruh dunia.

Baca Juga: Kritik Warga Terkait Kebijakan Pembelian Minyak Goreng Pakai KTP: Ribet, Buang-buang Waktu

Tuntutan ini disampaikan Antony Blinken dalam pertemuan dewan keamanan PBB pada Kamis 19 Mei 2022.

“Pemerintah Rusia tampaknya menganggap bahwa menggunakan makanan sebagai senjata akan membantu mencapai apa yang mereka inginkan, yaitu mematahkan semangat rakyat Ukraina,” katanya, dikutip dari Pikiran-Rakyat.com, Jumat, 20 Mei 2022.

“Pasokan makanan untuk jutaan orang Ukraina dan jutaan lainnya di seluruh dunia telah benar-benar disandera oleh militer Rusia,” tuturnya.

AS menuduh Rusia menahan pasokan makanan dunia di tengah meningkatnya kekhawatiran kelaparan di negara-negara berkembang.

Baca Juga: Cek Fakta: Umat Muslim Memblokade Jalanan di Perancis dengan Salat Berjamaah

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, pada Kamis, 19 Mei memperingatkan bahwa Kremlin tidak akan mengirimkan biji-bijian pokok kepada dunia, jika barat tak mengakhiri sanksinya.

Rusia dan Ukraina menghasilkan 30 persen dari pasokan gandum global dan 69 persen dari minyak bunga matahari dunia.

Sebelumnya, Eks Presiden Rusia yang sekarang menjadi pejabat keamanan senior, memperingatkan bahwa pasokan makanan takkan dikeluarkan kecuali barat melonggarkan sanksinya.

Peringatan itu muncul setelah adanya permintaan dari pemerintah barat dan PBB agar Moskow mencegah kemungkinan kelaparan di beberapa negara.

Baca Juga: Pendukung UAS Gelar Demonstrasi, Tuntut Kedutaan Singapura Diusir dari Indonesia

Medvedev mengatakan Barat harus adil dalam kesepakatan. Dia ingin kedua pihak sama-sama diuntungkan.

 “Jika tidak, satu sisi sanksi gila dijatuhkan kepada kami, di sisi lain mereka menuntut pasokan makanan. Kami bukan orang idiot,” kata Medvedev melalui Telegram.

“Negara-negara yang mengimpor gandum kami dan produk makanan lainnya akan mengalami masa yang sangat sulit tanpa pasokan dari Rusia. Tanpa pupuk kami, hanya gulma berair yang akan tumbuh,” tambah Medvedev.

Dia lalu menambahkan, Rusia masih punya nurani. Dia memastikan bahwa kesempatan untuk mencegah krisis pangan terbuka lebar jika Barat mau berkompromi.

Baca Juga: Para Pemain Manchester United Disebut Malu dengan Performa Tim, Setan Merah Batalkan Acara Penghargaan

Kepala Eksekutif dan pendiri Sistem Pangan untuk Masa Depan, Ertharin Cousin mengatakan krisis dapat berdampak di seluruh dunia.

“Krisis ini akan berdampak pada kita semua di seluruh dunia dengan cara yang signifikan. Negara dengan ekonomi berpenghasilan rendah berisiko mengalami kehancuran dan potensi kerusuhan,” katanya.

Menurutnya, bukan hanya negara yang termiskin dari yang miskin yang akan menderita kelaparan, melainkan seluruh negara berkembang di dunia.***

Editor: Mulyadi Pontororing

Sumber: PRMN

Tags

Terkini

Terpopuler