Nasib Seniman Lekra Selepas G30S PKI

- 13 September 2022, 20:44 WIB
DN Aidit, salah satu pendiri Lekra, lembaga budaya yang hilang dari sejarah akibat G30S PKI
DN Aidit, salah satu pendiri Lekra, lembaga budaya yang hilang dari sejarah akibat G30S PKI /wikicommon/

PORTAL MINAHASA - Lekra dan Gerwani adalah dua nama yang melegenda bersama sepak terjang berdarah PKI di dini hari 30 September 1965.

Akibat Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI), tak banyak yang ingat--atau bahkan tidak tahu--bahwa Lekra dan Gerwani sebenarnya punya kegiatan-kegiatan bermanfaat.

Gerwani adalah organisasi khusus wanita yang berfokus pada pendidikan dan pemberantasan buta huruf di kalangan anak dan perempuan. Sementara Lekra berisi seniman-seniman Indonesia.

Baca Juga: Peran dan Jasa Organisasi 'Wanita PKI' Gerwani Dalam Pendidikan

Nama Lekra merupakan akronim dari Lembaga Kebudayaan Rakyat. Sesuai namanya, aktivitas Lekra diisi oleh pegiat seni dari berbagai bidang. Ada pelukis, pemusik, pengarang lagu, penulis puisi, pematung, pembuat film, dan sastrawan.

Memang, pendirian Lekra oleh dedengkot PKI DN Aidit, Njoto, MS Anshar, dan AS Dharta pada 17 Agustus 1950 dimaksudkan untuk mengambil hati rakyat melalui hiburan kesenian.

Meskipun demikian, tidak semua seniman yang tergabung dalam Lekra beraliran kiri dan merupakan anggota partai komunis PKI.

Baca Juga: Sudah Download? Simak Kelebihan dan Julukan Aplikasi Netflix

Beberapa seniman Lekra nama besarnya masih kita kenal hingga saat ini. Mereka adalah sastrawan Pramoedya Ananta Toer, sutradara Bachtiar Siagian, dan pematung Amrus Natalsya.

Halaman:

Editor: Abhiseva Harjo Nugraha

Sumber: Sejarah-negara.com


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah