KSP Sebut Keakraban Jokowi dan Pemimpin G7 Beri Optimisme Misi Perdamaian Rusia-Ukraina Bisa Tercapai

- 29 Juni 2022, 15:01 WIB
Presiden Joko Widodo tampak berbincang dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada sesi working lunch KTT G7 yang digelar di Elmau, Jerman, Senin, 27 Juni 2022. Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev.
Presiden Joko Widodo tampak berbincang dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada sesi working lunch KTT G7 yang digelar di Elmau, Jerman, Senin, 27 Juni 2022. Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev. /Biro Pers Sekretariat Presiden/

PORTAL MINAHASA – Sambutan hangat pemimpin dunia terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Konferensi Tingkat Tinggi G7 dinilai sebagai kepercayaan yang diberikan terhadap Indonesia dalam misi perdamaian dunia.

Menurut Kantor Staf Presiden (KSP) keakraban yang terjadi antara Jokowi dan pemimpin dunia akan memperkuat misi dan membuka jalan Presiden menuju perundingan antara Rusia dan Ukraina untuk mencapai perdamaian permanen.

Keakraban Presiden Jokowi dan para pemimpin dunia itu juga menunjukkan perolehan penerimaan yang tulus dan kepercayaan (trust), terutama dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden sebagai simbol kekuatan barat.

Baca Juga: Kehadiran Ibu Negara Iriana Jokowi di Kyiv Ukraina Disebut Sebagai Simbol Perdamaian

 "Tentu pertemuan yang bersahabat dan hangat tersebut memunculkan optimisme keberhasilan misi Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia," kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Siti Ruhaini Dzuhayatin dalam keterangan tertulis, seperti dikutip Portal Minahasa dari Antara pada Rabu, 29 Juni 2022.

Ruhaini menjelaskan misi utama yang dibawa Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah mendorong penghentian perang dan mengajak kedua negara duduk bersama dalam perundingan damai.

Hal tersebut untuk mengurangi dampak konflik terutama terkait timbulnya korban jiwa dan masalah pengungsian.

Baca Juga: Pemerintah dan PSSI Siap Mengakomodasi Israel di Piala Dunia U-20 2023

Selain itu, perundingan damai juga ditujukan untuk menghindarkan dunia dari krisis pangan dan energi yang disebabkan oleh konflik militer dalam jangka panjang.

Dia juga mengatakan, hubungan yang terjalin antara Presiden dan para pemimpin dunia akan menjadi momentum yang tepat bagi Indonesia sebagai Presiden G20 untuk mempromosikan KTT G20 pada November 2022 agar dapat menjadi upaya pemulihan bersama yang jauh lebih kuat.

"Presiden Jokowi menjadikan Presidensi Indonesia G20 untuk mengoptimalkan modalitas dan peran Indonesia dalam perdamaian dunia," tuturnya.

Karena itu pula, kata Ruhaini, Presiden Jokowi selalu menunjukkan komitmen kuat untuk menjaga perdamaian dunia seperti amanat konstitusi UUD 1945 dan juga menjaga legacy sebagai pemrakarsa Gerakan Non-Blok yang menyuarakan kemandirian, menentang apartheid, dan tidak berpihak pada pakta militer manapun.

Baca Juga: Simak Cara Pembelian Pertalite dan Solar Tanpa Gunakan Aplikasi MyPertamina

"Ditambah lagi dengan modalitas politik luar negeri bebas aktif yang memungkinkan Indonesia bersahabat dengan negara manapun dalam menjaga ketertiban dunia, termasuk dengan Rusia dan Ukraina," ujar Ruhaini.

Guru Besar HAM dan Gender UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini juga menilai penerimaan Presiden Rusia Vladimir Putin atas kunjungan Presiden Jokowi menunjukkan bahwa Indonesia memainkan peran sebagai true friend yang tidak segan menegur sahabat demi suatu kebaikan yang lebih besar.

"Meski Indonesia pernah ikut menyatakan serangan militer Rusia ke Ukraina tidak dapat diterima, tapi Presiden Putin tetap menerima kunjungan Presiden Jokowi,” kata Ruhaini.

Baca Juga: Marc Marquez Tulis Surat untuk Penggemar, Ungkap Kondisi Terkini Cederanya

“Kita semua berharap misi Presiden dapat meredakan perang dan kedua negara dapat melanjutkan upaya-upaya perdamaian yang lebih permanen," ucap Ruhaini menambahkan.***

Editor: Mulyadi Pontororing

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini