Mimbar Khonghcu: Keharmonisan Ajaran Khonghucu dan Barong Landung di Bali

- 18 Mei 2022, 08:31 WIB
Mimbar Khonghucu antara Ajaran Khonghucu dan Barong Landung di Bali
Mimbar Khonghucu antara Ajaran Khonghucu dan Barong Landung di Bali /Image by Peter Biela from Pixabay

Rambut Barong Landung laki-laki yang terurai hitam panjang merupakan simbol kehidupan manusia yang tidak dapat melepas emosi, kegelisahan dan kebencian. Sedangkan rambut Barong Landung perempuan rapi disanggul, melambangkan suasana hati yang menyejukkan dan menetralkan segala keangkaramurkaan dalam kehidupan.

Mata Barong Landung laki-laki yang besar dan melotot, simbol maha melihat dan memantau baik-buruk perilaku manusia. Sedangkan mata Barong Landung Perempuan bermata sipit dengan dahi menonjol, simbol ketenangan dalam memikirkan secara bijaksana apa yang harus dilakukan.

Mulut Barong Landung laki-laki yang lebar dengan gigi bertaring adalah simbol kemurkaan dan kegeraman dan kemahakuasaan. Sedangkan mulut Barong Landung perempuan tersenyum simpul, simbol kelembutan budi, kesabaran dan kehalusan tutur kata.

Warna kulit Barong Landung laki-laki hitam, sedangkan Barong Landung Perempuan putih melambangkan dua unsur yang selalu bertentangan tetapi harus tetap berpasangan (yang akan melahirkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan.

Konsep spiritualitas tersebut sangat selaras dengan konsep filosofis keseimbangan semesta: Yin Yang masyarakat Tionghoa yang berakar dari ajaran Khonghucu yang tercantum dalam kitab Yi Jing pada bab Babaran Agung (A) V : 24, “Satu Yin, negatif dan satu Yang, positif, itulah dinamai Jalan Suci (Dao)” dan Babaran Agung (B) VI : 4, “Adapun Qian dan Kun ialah pintu gerbang dari Yi Jing.

Qian, pencipta menunjukkan zat yang bersifat Yang: positif, terang dan aktif; sedangkan Kun, ciptaan/penanggap itu menunjukkan zat yang bersifat Yin: negatif, gelap dan pasif. Yin dan Yang Bersatu dalam Kebajikan, semua unsur kuat dan lembut memperoleh wujudnya.

Oleh perwujudan itu maka terbabarlah segala  sesuatu di antara langit dan bumi ini dan menembusi Kebaikan cahaya Sang Maha Roh.” Keselarasan kedua konsep spiritual semakin menguatkan kita tentang adanya persamaan akar esensi rohani yang berasal dari peradaban yang berbeda menjadi mudah untuk saling melebur dan menyatu.

Akulturasi dalam peradaban Bangsa Indonesia yang ditunjukkan melalui kesenian Barong Landung dan situs persembahyangan Ratu Ayu Mas Subandar di Bali mengajarkan kepada kita bahwa dua hal yang berbeda dapat melebur menjadi satu dalam keselarasan dan keharmonisan untuk melahirkan maha karya peradaban yang menentramkan dan mendamaikan hingga diturunkan bergenerasi berikutnya.

Selain itu, kematangan konsep spiritualitas yang terkandung dalam peradaban yang terbentuk menegaskan kepada kita bahwa esensi rohani yang berasal dari yang Esa (Tuhan), meskipun diciptakan dalam bentuk berbeda pada akhirnya akan tetap menemukan akar filosofi nilai-nilai kebaikannya yang menyelaraskan dan menyeimbangkan.

Sehingga sudah menjadi tanggungjawab kita bersama menjaga dan mengabadikan warisan maha karya peradaban Bangsa ini dengan penuh kemuliaan.

Halaman:

Editor: Fauzi Amrullah Permata

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah