Nasib Malang Gerwani Akibat G30S PKI

11 September 2022, 23:23 WIB
Para anggota Gerwani yang ditahan akibat G30S PKI //blog.umy.ac.id/

PORTAL MINAHASA - Selama puluhan tahun, peristiwa G30S PKI menjadi kenangan buruk bagi bangsa Indonesia.

Kita masih ingat dengan benar gambaran kengerian penculikan, penyiksaan, serta pembunuhan kejam ketujuh jenderal dalam film Pengkhianatan G30S PKI.

Sepanjang masa pemerintahan Orde Baru, film Pengkhianatan G30S PKI menjadi tontonan wajib setiap tanggal 30 September tahun berjalan.

Baca Juga: Para Seniman Anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) Milik PKI, Salah Satunya Pencipta Garuda Pancasila

Partai Komunis Indonesia menjadi musuh bersama. Anak keturunan mereka dijauhi bak penderita kusta. Semua organisasi, lembaga, dan pihak yang pernah bersinggungan dengan PKI turut kena getahnya.

Salah satu dari yang sial itu adalah Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia).

Gerwani muncul karena kepedulian terhadap nasib kaum perempuan yang pada masa itu jauh dari pendidikan serta belum punya cukup kesadaran tentang hak-hak dalam rumah tangga.

Baca Juga: Korban Skenario Ferdy Sambo Bertambah, AKBP Jerry Raymond Siagian Dipecat Polri

Akibat peristiwa G30S PKI dan informasi simpang siur mengenai dalang dan pelaku tragedi berdarah tersebut, Gerwani turut diganyang rakyat dan pemerintah.

Tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa Gerwani merupakan perkumpulan perempuan cabul yang gemar menyiksa sambil melakukan ritual asusila.

"Kuntilanak Siang Bolong", itulah nama yang disematkan kepada organisasi perempuan pertama dan terbesar Indonesia, Gerwani.

Baca Juga: Perjalanan Muazin Cilik DN Aidit hingga Menjadi Pemimpin PKI

 

Fitnah dan propaganda sehubungan peristiwa G30S PKI membuat para perempuan Gerwani menjadi korban salah tangkap dan mengalami penyiksaan.

Konon, anggota Gerwani sering melakukan tarian asusila untuk menyemangati kegiatan PKI.

Mengenai tragedi G30S PKI, kabarnya, anggota Gerwani berperan menyilet-nyilet bagian tubuh pribadi para jenderal.

Rakyat pun murka. Rumah-rumah anggota Gerwani jadi sasaran amuk massa.

Pimpinan-pimpinan Gerwani di tingkat pusat hingga daerah diburu.

Tidak sedikit sembarang perempuan ditangkap dari pinggir jalan, kemudian dipaksa menandatangani surat pengakuan bahwa dirinya merupakan pimpinan Gerwani.

Sampai pada akhirnya, terkuak bukti-bukti yang mematahkan dugaan keterlibatan Gerwani dalam peristiwa tersebut.

Salah satunya, buku Penghancuran Gerakan Perempuan karya Saskia Eleonora Wieringa berisi pengakuan para anggota Gerwani tentang apa yang sesungguhnya terjadi pada malam 30 September 1965, serta apa yang mereka alami kemudian gara-gara itu.

Ceritanya, malam itu, Suharti Suwarno, salah seorang anggota, datang ke kantor pusat Gerwani membawa pesan: sejumlah perempuan dibutuhkan untuk mengurus konsumsi di dapur umum pelatihan Operasi Ganyang Malaysia di kawasan Lubang Buaya.

Meskipun permintaan tersebut dirasa aneh oleh para anggota Gerwani karena tak pernah ada dalam rancangan kegiatan, tapi mereka menyanggupi juga.

Namun, sesampainya para anggota Gerwani di lokasi, yang mereka temui justru peristiwa pembunuhan sadis!

"Saya menyaksikan para serdadu membunuh beberapa orang jenderal, kemudian saya lari pulang. Saya ditangkap pada jam sembilan pagi, lalu ditahan di penjara selama dua minggu. Saya dicambuk dan diinterogasi. Mereka memaksa kami telanjang bulat dan menari-nari ...."

Demikian pengakuan seorang perempuan Gerwani dalam buku Penghancuran Gerakan Perempuan karya Wierenga.

Beberapa hari kemudian, pada 5 Oktober 1965, terbit surat kabar militer memuat berita dugaan kekerasan seksual oleh anggota Gerwani terhadap para korban G30S PKI.

Berita yang sama diulang bagikan oleh koran-koran lainnya, mengisahkan anggota Gerwani ikut menjadi pelaku G30S PKI, menyayat dan memutilasi ketujuh Pahlawan Revolusi.

Dan dengan demikian, cap darah atas Gerwani pun dilekatkan.***

Editor: Abhiseva Harjo Nugraha

Sumber: Sejarah-negara.com

Tags

Terkini

Terpopuler