Soal 19 revolusi Prancis dan Rusia, juga soal-soal politik mutakhir, bagi DN Aidit itu makanannya setiap hari.
Aidit kerap memberikan ceramah atau pidato, Soetanti pasti terkesima karena sering mengambil duduk paling depan.
DN Aidit memang bukan tipe laki-laki romantis, karena keakraban DN Aidit dan Soetanti, tak pernah terlihat mereka berduaan.
DN Aidit sebagai seorang cowok tak ada kata apel kepada cewek, pertemuan mereka selalu dalam acara organisasi.
"Kalau menginap di kantor PKI, Tanti datang beramai-ramai," dikutip dari buku itu.
Suatu ketika, seusai pidato, Aidit menghampiri Soetanti, lalu menyerahkan sepucuk surat.
Baca Juga: Game Assassins Creed Akan Segera Hadir Dalam Versi Ponsel
Anehnya surat itu bukan untuk Soetanti tapi ditujukan kepada ayahnya bernama Moedigdo (kepala polisi Semarang yang aktif di Partai Sosialis Indonesia).
Surat itu ternyata surat lamaran. Aidit menyampaikan niat meminang Soetanti.
Moedigdo langsung setuju, maka awal 1948, Aidit umur 25 tahun, dan Soetanti umur 24 tahun menikah mereka.
Artikel Rekomendasi