Benarkah PKI Kecolongan Hingga DN Aidit Dituduh Otak G30S PKI? Simak Ini

12 September 2022, 21:14 WIB
Ddengkot PKI DN Aidit. /

PORTAL MINAHASA – Usai pemberontakan G30S PKI 1 Oktober 1965, Ketua CC PKI menjadi orang yang sangat diburutentara

Pasukan yang memburu gembong dan antek PKI adalah dipimpin Mayjend Soeharto. DN Aidit menjadi orang yang bertanggungjawab tewasnya 7 jenderal.

Sejak kejadian pembunuhan tujuh Pahlawan Revolusi, DN Aidit sudah menuju Jawa Tengah.

Baca Juga: Modal HP Doang, Aplikasi Penghasil Uang Per Hari Bisa Sampai Ratusan Ribu, Tarik Saldo Ke Rekening

Lantas kenapa DN Aidit sampai menjadi tokoh yang disegani dan mendapat tempat pada posisi pemerintahan waktu itu?

Sebab DN Aidit, sukses membawa PKI dan menjadi salah satu partai pemenang pada Pemilu 1955.

Kesuksesan DN Aidit, yang mampu mewarnai pemerintahan Presiden Soekarno, membuat banyak pihak yang tidak suka.

Berbagai versi soal DN Aidit, PKI dan pemberontakan G30S PKI, masih menjadi perdebatan hangat.

Salah satu versi mengatakan bila peristiwa G30S boleh jadi dipicu dari kabar burung yang mengatakan adanya sekelompok jenderal.

Sekelompok jenderal itu disebut juga Dewan Jenderal, yang hendak mengkudeta Presiden Soekarno.

Dikutip dari msn.com, Peter Kasenda menulis soal “Kematian DN Aidit dan Kejatuhan PKI (2016)”.

Baca Juga: Mengenang Kematian Ade Irma Suryani Akibat G30S PKI di Museum Sasmitaloka

Ia mengungkap bila DN Aidit memimpin badan rahasia dalam PKI dengan nama Biro Chusus (BC) PKI.

Badan ini dirancang sebagai intelijen yang menghimpun informasi dari para perwira militer simpatisan PKI.

Sebab dikabarkan banyak juga perwira tinggi dari tentara terlibat dalam PKI. Karena jaman itu tiap partai punya jaringan dalam militer.

Informasi dari BC PKI, penting untuk menentukan apakah PKI akan bertindak sebelum kudeta terjadi atau menunggu.

Informasi dari Kepala BC PKI Syam Kamaruzaman, pihak militer siap melancarkan langkah untuk mencegah kudeta terjadi.

Sayangnya, persiapan tak dilakukan dengan matang. PKI mengira pihaknya hanya membantu tentara.

Sebaliknya, tentara mengira mereka hanya mengikuti PKI. Dan akhirnya terjadilah G30S PKI

Usai G30S PKI, pada Kamis, 30 September, pukul 21.30, DN Aidit hendak menidurkan putranya Ilham Aidit.

Tiba-tiba, mobil Jeep tiba di depan rumahnya. Istrinya, Soetanti, membentak dua orang berseragam militer warna biru yang ada di depan pintu.

"Ini sudah malam," kata Soetanti, dikutip Portal Minahasa, Senin, 12 September 2022.

"Maaf, tapi ini darurat. Kami harus segera!," jawab mereka.

Baca Juga: Gembong PKI DN Aidit Tipe Laki-Laki Setia Anti Poligami dan Anti Perselingkuhan

Aidit yang keluar menemui tamunya tak lama segera kembali ke kamar tidur.

Ia memasukkan beberapa pakaian dan buku ke dalam tas. Soetanti ngotot agar Aidit tak usah pergi.

Aidit pun ragu. Namun ia tetap pamit mencium kening Soetanti dan bocahnya yang masih berusia 6,5 tahun.

Aidit tak memberi penjelasan akan ke mana dan alasannya. Mayor (Udara) Soejono mengaku ia lah yang menjemput Aidit.

Ia membawa Aidit ke rumah dinas Menteri/Panglima Angatan Udara Laksdya Omar Dhani di Wisma Angkasa, Kebayoran Baru.

Namun karena Omar tak ada di sana, Aidit dibawa ke rumah mertua Omar di Jalan Otto Iskandardinata III, Jakarta Timur.

Mereka gagal menemukan Omar dan mengajak Aidit ke rumah dinas seorang bintara AU di Kompleks Perumahan AU di Halim Perdanakusuma.

Rumah itu dijadikan Central Komando (Cenko) II. Saat penculikan dan pembunuhan terhadap sejumlah jenderal berlangsung, Aidit hanya diam di rumah itu.

Hingga pagi menjelang dan terendus bahwa operasi tak berjalan sesuai rencana dengan tewasnya sejumlah jenderal.

DN Aidit pun dibawa ke Pangkalan Udara Halim sesuai perintah Omar Dhani untuk diterbangkan ke Yogyakarta.

Sebelum berangkat ke Yogyakarta, Aidit menyerahkan mandat kepemimpinan PKI kepada Wakil Ketua III Sudirman.

Di Yogyakarta, Aidit hendak menemui Ketua Committee Daerah Besar (CDB) PKI Yogyakarta dan menjelaskan kudeta yang hendak terjadi.

Dari Yogyakarta, Aidit bertolak ke Semarang keesokan harinya.

Baca Juga: Amir Syarifuddin : Mencoba Membujuk Beberapa Perwira TNI Untuk bergabung Bersama gerakan PKI namun Ditolak

Ia berusaha mengkonsolidasikan agar PKI bisa dilepaskan dari insiden penembakan jenderal-jenderal yang dilaksanakan oleh tentara sendiri.

Dari Semarang, ia ke Boyolali dan Solo. Di sana, ia dikecam atas apa yang terjadi di Jakarta.

Aidit terus bergerak untuk konsolidasi. Hingga pada 6 Oktober di Blitar, Aidit menulis surat ke Soekarno, yang menyampaikan versinya soal G30S.

Ia mengaku dijemput seorang berpakaian Tjakrabirawa dari rumah untuk menghadiri rapat kabinet di Istana.

Namun ia malah dibawa ke tempat lain. Aidit mengaku sempat bertanya apakah penangkapan para jenderal sudah diketahui Presiden Soekarno.

Kepada Aidit, mereka menjawab, Soekarno telah memberikan restunya untuk menindak para jenderal.

Baca Juga: Pidato Menggetarkan Jenderal AH Nasution Saat pelepasan Jenazah Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI 1965

Aidit menyadari Angkatan Darat di bawah Pangkostrad Mayjen Soeharto tengah memburu para tokoh PKI yang dianggap sebagai dalang pembunuhan para jenderal.

Aidit tak juga kembali ke Jakarta dan berusaha meredam aksi kekerasan militer terhadap simpatisan PKI di Jawa Timur.

Pada suratnya yang terakhir tertanggal 10 November, Aidit mengatakan kemungkinan akan mencari perlindungan ke China.

Aidit terus bersembunyi di rumah teman-temannya. Ia akhirnya tertangkap dan dibawa ke Boyolali pada 22 November.

Saat diproses verbal, Aidit mengaku bertanggung jawab.

"Saya adalah satu-satunya orang yang memikul tanggung jawab paling besar dalam peristiwa G30S yang gagal dan yang didukung oleh anggota-anggota PKI yang lain, dan organisasi massa di bawah PKI," kata Aidit dalam surat pemeriksaan yang ditandatanganinya.

Ia kemudian dibawa oleh kolonel Jasir Hadibroto ke markas Batalion Infanteri 444. Jasir hendak menghabisi Aidit.

DN Aidit dibawa ke sebuah sumur tua, Aidit dipersilakan mengucapkan pesan terakhir.

Namun Aidit malah berpidato berapi-api, selama 10 menit dan kemudian meneriakan “Hidup PKI” tiga kali, dan peluru menyarang di tubuhnya.***

Editor: Fahmi Gobel

Sumber: msn.com

Tags

Terkini

Terpopuler