Fakta! Masa Kelam 1948, 13 Hari PKI Kuasai Madiun 1.920 Nyawa Direnggut

13 September 2022, 07:29 WIB
Ilustrasi. /Wikipedia/

PORTAL MINAHASA - Kisah kelam bangsa Indonesia pada awal kemerdekaan 1948. PKI memberontak mengusai Madiun selama 13 hari.

Dalam pemberontakan kepada pemerintah sah, kejadian kelam itu telah menelan korban jiwa sedikitnya 1.920 nyawa manusia.

 

Nyawa melayang datang dari berbagai kalangan, mulai warga biasa hingga ulama dan tokoh-tokoh agama.

Baca Juga: Terkini Kasus ACT, Polri Lengkapi Berkas 4 Tersangka, Kendaraan Operasional Disita

Usai kejadian 1948 PKI juga memberontak pada 1965, dan disinilah kehancuran PKI yang dilarang di Indonesia.

Sebab gerakan PKI merupakan sebuah gerakan yang berusaha menggulingkan pemerintah Republik Indonesia.

Pemberontakan PKI Madiun ini juga ingin mengganti ideologi negara Republik Indonesia dari pancasila menjadi komunis.

Menilik sejarah komunisme di Indonesia, Partai Komunis Indonesia (PKI) tercatat melakukan Pemberontakan sebanyak 3 kali.

Pemberontakan pertama terjadi pada malam 1 Januari 1927 yang dikenal dengan nama Pemberontakan Silungkang atau Pemberontakan Malam Tahun Baru.

Baca Juga: iOS 16 Kini Diluncurkan dengan Layar Kunci Baru, Notifikasi, dan Lainnya

PKI melakukan Pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda di Minangkabau.

Pemberontakan yang kedua terjadi pada 18 September 1948 yang dikenal dengan nama Peristiwa Madiun atau Madiun Affair.

Pemberontakan PKI yang terakhir dikenal dengan nama Gerakan 30 September (G30S PKI) atau 30 September Movement.

Selain peristiwa G30S PKI, ternyata Peristiwa Madiun juga tak kalah keji dan menewaskan banyak korban.

Peristiwa Pemberontakan Madiun tersebut diketahui merenggut sebanyak 1.920 korban jiwa, padahal PKI hanya menduduki Madiun selama 13 hari.

Ada beberapa penyebab yang menjadi latar belakang Pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948 terhadap pemerintahan Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Soekarno.

Baca Juga: Kejatuhan Karier Pencipta Lagu Garuda Pancasila, Sudharnoto, Gara-Gara Jadi Anggota Lekra, Lembaga Budaya PKI

Berikut ini ringkasan penyebab terjadinya Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun:

- Jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin akibat ditandatanganinya perjanjian Renville yang sangat merugikan Republik Indonesia.

- Kedekatan Amir Syarifuddin dengan tokoh PKI Muso dan bercita-cita menyebarkan ideologi komunis di Indonesia.

- Propaganda kekecewaan terhadap Perdana Menteri selanjutnya, yakni Kabinet Hatta akibat programnya untuk mengembalikan 100.000 tentara menjadi rakyat biasa dengan alasan penghematan biaya.

Setelah tidak lagi menjabat sebagai Perdana Menteri, Amir Sjarifuddin Harahap membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR).

Kemudian bekerja sama dengan organisasi paham kiri seperti PKI, Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo), dan sebagainya.

Baca Juga: 10 Aplikasi Edit Foto Terbaik. Paling Cetar!

Amir Sjarifuddin tak setuju dengan Soekarno yang menunjuk Hatta sebagai Perdana Menteri dan membentuk Kabinet baru.

Gerakan Amir Sjarifudin kemudian dibantu oleh Munawar Musso yang menjabat sebagai ketua PKI pada masa itu dan pernah belajar di Uni Soviet.

Musso mengadakan rapat raksasa di Yogyakarta. Di dalam rapat tersebut, ia mengemukakan pendapatnya untuk mengganti Kabinet presidensil menjadi Kabinet front persatuan.

Dari situlah mereka berusaha untuk menguasai daerah-daerah strategis di Jawa Tengah, yakni Madiun, Solo, Kediri, dan lainnya.

Mereka melancarkan rencana awal dengan melakukan penculikan dan pembunuhan para Tokoh di Surakarta, juga mengadu domba kesatuan TNI.

Berikut ini daftar nama tokoh PKI yang terlibat dalam Peristiwa Madiun:

Musso, Amir Sjarifuddin, DN Aidit, Abdul Latief Hendraningrat, Alimin Prawirodirdjo, Darson, Oetomo Ramelan, Misbach, Semaun, Henk Sneevilet.

Baca Juga: Game Assassins Creed Akan Segera Hadir Dalam Versi Ponsel

Demi memulihkan keamanan Madiun, pemerintah mengirim pasukan TNI Divisi Siliwangi di bawah pimpinan Abdul Haris Nasution untuk melangsungkan operasi penumpasan pada tanggal 20 September 1948.

Salah satu operasi penumpasan tersebut adalah pengejaran Musso yang melarikan diri ke Sumoroto, di sebelah barat Ponorogo.

Musso berhasil ditemukan dalam pengejaran tersebut dan ditembak mati.

Sedangkan Amir Sjarifuddin dan para tokoh sayap kiri lainnya juga berhasil ditangkap dan dieksekusi mati.

Dalam pengejaran tersebut, Amir Sjarifuddin tertangkap di Grobogan, Jawa Tengah.***

Editor: Fahmi Gobel

Sumber: 99.co

Tags

Terkini

Terpopuler