DPR Setujui Subsidi Energi, Begini Kata Menteri Keuangan Sri Mulyani

20 Mei 2022, 10:26 WIB
Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah dalam Rapat Kerja Banggar dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung DPR RI Senayan Jakarta, Kamis (19/5/2022) /

PORTAL MINAHASA – Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani, mengusulkan adanya penambahan subsidi sektor energi, untuk menahan kenaikan harga BBM dan listrik tahun ini.  Itu akhirnya disetujui Badan Anggaran DPR RI.

Hal ini berkaitan dalam merespon kenaikan harga komoditas, pemerintah konsisten menjaga pemulihan ekonomi dan melindungi daya beli masyarakat dengan menjaga APBN tetap sehat dan sustainable.

Dalam hal ini, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati telah menyampaikan usulan penyesuaian beban subsidi dan kompensasi sektor energi dan mendapatkan persetujuan dari Badan Anggaran (Banggar) DPR.

Baca Juga: Mobil Porsche Tabrak Ojol, Pengemudi tak Ditahan, Polisi Bilang Begini

“Karena pilihannya hanya dua. Kalau ini (subsidi) nggak dinaikkan ya harga BBM dan listrik naik. Kalau BBM dan listrik nggak naik ya ini (subsidi) yang naik,” ungkap Menkeu pada Rapat Kerja Banggar DPR dan Menkeu, Kamis (19/05).

Asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) yang digunakan dalam APBN 2022 sebesar USD63 per barel. Namun, Menkeu mengatakan saat ini nilai ICP berada di atas USD100 per barel yaitu USD102,5 per barel.

Meningkatnya harga minyak dan tidak adanya kebijakan penyesuaian harga menyebabkan beban subsidi dan kompensasi meningkat signifikan.

Baca Juga: Cek Fakta: Dabbah Telah Muncul,  Binatang Pesan Tanda Kiamat

“Harga keekonomian dari BBM kita mengalami perubahan sangat tinggi. Harga keekonomian sudah jauh di atas harga asumsi atau harga yang digunakan untuk mengalokasikan subsidi APBN untuk minyak tanah, solar, LPG, dan Pertalite,” jelas Menkeu dalam paparannya.

Dengan gap yang semakin besar antara harga jual eceran BBM dan harga keekonomian, Pemerintah berkomitmen untuk menjaga pasokan serta harga BBM dan LPG yang terjangkau masyarakat.

Pemerintah perlu segera melakukan penyesuaian pagu subsidi dan kompensasi sehingga keuangan Badan Usaha menjadi sehat dan dapat menjaga ketersediaan energi nasional.

Baca Juga: Cek Fakta: Promosi Obat Diabetes dr Terawan Agus Putranto

Potensi beban subsidi dan kompensasi menahan gejolak harga komoditas tahun 2022 mencapai Rp443,6 triliun. Lebih lanjut, Menkeu menjelaskan jika menggunakan asumsi ICP USD100 per barel, maka subsidi energi melonjak dari semula Rp134 triliun menjadi Rp208,9 triliun.

Sementara, kompensasi dari yang semula untuk solar sebesar Rp18,5 triliun menjadi Rp98,5 triliun. Sedangkan untuk pertalite dan listrik yang semula tidak ada, masing-masing menjadi Rp114,7 triliun dan Rp21,4 triliun.

Sehingga jika dibandingkan dengan kebutuhan subsidi dan kompensasi menggunakan ICP sebelumnya, maka selisih terhadap APBN yaitu Rp291 triliun.

Dalam kesempatan tersebut, Menkeu juga menyampaikan usulan penambahan bagi perlindungan sosial sebesar Rp18,6 triliun yang diberikan dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai kepada 20,65 juta kelompok penerima manfaat dan bantuan produktif usaha mikro.

Dengan demikian, total perlindungan sosial di dalam APBN 2022 mencapai Rp431,5 triliun.

“Jadi kalau masyarakat masih menanyakan apa manfaat APBN buat mereka, ini dalam bentuk perlinsos, yang tadi ratusan triliun dalam bentuk subsidi BBM dan listrik. Itu adalah langsung dinikmati masyarakat,” pungkas Menkeu.***

 

Editor: Fauzi Amrullah Permata

Sumber: kemenkeu.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler