Begini Hubunggan RI, Malaysia dan AS Pasca G30S PKI dan Soeharto Jadi Presiden

13 September 2022, 13:32 WIB
Soeharto dilantik Presiden RI Tanggal 27 Maret 1968. /kebudayaan.kemendikbud.go.id/

PORTAL MINAHASA – Hubungan Indonesia dan Malaysia memburuk sebelum G30S PKI.

Bahkan ada aksi ganyang Malaysia, karena hubungan kedua negara ini memburuk di era Presiden Soekarno.

Begitupun hubungan RI dan Amerika Serikat (AS) tidak baik-baik saja, sebelum Supersemar keluar.

Baca Juga: Terkini Kasus ACT, Polri Lengkapi Berkas 4 Tersangka, Kendaraan Operasional Disita

Tapi bagaimana hubungan RI dengan kedua negara tersebut setelah Soekarno lengser dari presiden.

Lantas bagaimana posisi Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setelah Soeharto menjadi presiden?

Ditarik kebelakang, Supersemar merupakan singkatan dari Surat Perintah 11 Maret.

Surat ini dikeluarkan pada 1966 namun hingga saat ini naskah autentiknya belum juga ditemukan.

Supersemar dikeluarkan langsung oleh Presiden Pertama RI Soekarno kepada Letjen Soeharto.

Surat tersebut berisi instruksi presiden agar Letjen Soeharto, yang kala itu menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat, mengambil tindakan dalam rangka menjamin keamanan dan stabilitas negara.

Baca Juga: Coba Lihat, Ini Jenis Aplikasi Pengembangan Indonesia Yang Paling Banyak Ada Di HP Kamu

Dilansir laman resmi Pemkab Buleleng dan Buku berjudul Sejarah Surat Perintah 11 Maret 1966 terbitkan Kemdikbud.

Sejarah lahirnya Supersemar berlatarbelakang kondisi Indonesia pasca peristiwa G30S PKI pada tahun sebelumnya.

Pada 11 Maret 1966 itu, Soekarno mengadakan reshuffle kabinet yang hasilnya disebut dengan "Kabinet Dwikora yang Disempurnakan".

Namun kala itu ada pasukan tentara tanpa pengenal mengepung istana.

Sidang yang dipimpin Soekarno pun diskors. Presiden Soekarno terbang dengan helikopter ke Bogor.

Aksi mahasiswa dan pelajar juga berada di sekitar Istana untuk menggagalkan sidang kabinet.

Soekarno watktu itu ditemani Wakil perdana Menteri I Soebandrio dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh dan Brigjen Sabut, ke Bogor.

Baca Juga: Benarkah Saudara DN Aidit, Murad Aidit Beragama Islam dan Bergelar Haji?

Setelah masa skorsing sidang berakhir, sidang kabinet dibuka oleh Wakil Perdana Menteri II Dr J Leimena.

Tapi Leimena hanya secara singkat mengatakan sidang ditutup, dan ia kemudian menyusul ke Bogor.

Peristiwa yang terjadi di Istana kemudian dilaporkan kepada Jenderal Soeharto oleh 3 orang perwira tinggi AD.

yaitu Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat.

Kala itu Soeharto tengah terbaring sakit di kediamannya.

Ketiga perwira itu meminta izin untuk berangkat ke Bogor menemui Presiden.

Soeharto pun memberikan petunjuk bahwa hal pokok yang diutamakan adalah menyelamatkan konstitusi.

Dirinya juga bersedia memikul tanggung jawab jika kewenangan untuk itu diberikan kepadanya. Itulah pesan yang disampaikan Soeharto kepada Presiden.

Presiden Soekarno merespon dengan menanyakan bagaimana bentuk konkret pemberian kepercayaan itu.

Para perwira mengusulkan agar dituangkan dalam dokumen tertulis dan resmi yang dikenal sebagai Supersemar.

Apa saja isinya Supersemar itu? Simak ini:

Dalam Supersemar, Presiden Soekarno memerintahkan Soeharto untuk melakukan tiga poin, yaitu:

Baca Juga: Tahukah Kamu, 5 Aplikasi Penghasil Uang Ini Bisa Jadi Solusi Dompet Kosong

Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terdjaminnja keamanan dan ketenangan, serta kestabilan djalannja pemerintahan dan djalannja Revolusi, serta mendjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris M.P.R.S. demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala adjaran Pemimpin Besar Revolusi.

Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan Lain dengan sebaik-baiknja.

Supaja melaporkan segala sesuatu jang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung-djawabnja seperti tersebut diatas.

Tak berselang lama, Soeharto mengambil tindakan membubarkan PKI menjadi partai terlarang di Indonesia.

Banyak menteri PKI ditangkap Soeharto akhirnya menggantikan posisi Soekarno sebagai presiden.

Setelah Soeharto menjadi RI 1, maka hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat dan Malaysia menguat.

Begitupun Indonesia kembali bergabung dengan PBB.

Sekedera indormasi, Soeharto dilantik presiden ke II RI pada  27 Maret 1968menggantikan Presiden Soekarno.***

Editor: Fahmi Gobel

Sumber: Kemendikbud.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler