Perseteruan Seniman Lekra dan Manikebu (Manifesto Kebudayaan) di Zaman Kejayaan PKI

- 16 September 2022, 22:13 WIB
HB Jassin, salah satu pendiri kelompok seniman Manikebu yang melawan Lekra
HB Jassin, salah satu pendiri kelompok seniman Manikebu yang melawan Lekra /

PORTAL MINAHASA - Tepat lima tahun kemerdekaan Indonesia, Partai Komunis Indonesia (PKI) mendirikan Lekra, akronim dari Lembaga Kebudayaan.

Alasan pendirian Lekra adalah rakyat Indonesia bisa bebas mengakses hiburan kesenian setelah lama hidup dalam penjajahan.

Bergabunglah seniman dari berbagai latar belakang ke dalam Lekra. Di antaranya, sastrawan Pramoedya Ananta Toer, pelukis Affandi, pengarang lagu Amir Pasaribu dan Sudharnoto, dan sutradara Bachtiar Siagian.

Baca Juga: Napak Tilas Pemberontakan G30S PKI di Rumah Salah Satu Jenderal yang Terbunuh

Selama beberapa waktu acara-acara Lekra sukses menjadi tempat berkumpul seniman kelas atas, menjadi magnet bagi pekerja seni kenamaan seperti Mak Wok, Laila Sari, dan Soekarno M. Noor, ayah aktor Rano Karno.

Diam-diam, DN Aidit, salah satu pendiri Lekra sekaligus pimpinan PKI saat itu, menyimpan agenda lain sebagai motivasi.

DN Aidit sendiri merupakan seorang penyair. Begitu pula rekannya sesama petinggi PKI, Njoto.

Baca Juga: Nasib Anak Keturunan Pelaku G30S PKI, di Antaranya, Anak dan Keponakan DN Aidit

Namun, sebagai aktivis komunis, puisi-puisi DN Aidit kental mengusung tema perlawanan terhadap kapitalis dan imperialisme.

Halaman:

Editor: Abhiseva Harjo Nugraha

Sumber: lipi.go.id


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini