Ternyata, Salah Satu Pendiri Lekra, AS Dharta, Pernah Ganti Jenis Kelamin!

- 22 September 2022, 23:07 WIB
/

PORTAL MINAHASA - Klara Akustia adalah AS Dharta. Kelana Asmara juga ternyata adalah AS Dharta, salah satu pendiri Lekra. Bagaimana bisa?

Adi Sidharta lebih terkenal sebagai AS Dharta. Konon, nama itu pun bukan nama sebenarnya. Konon, awalnya Adi Sidharta diberi nama Endang Rodji. Pria kelahiran tahun 1924 ini merupakan wartawan sekaligus aktivis perjuangan rakyat.

Secara resmi, AS Dharta tercatat bekerja sebagai kuli tinta di Harian Boeroeh di Yogya. Namun, kritik-kritik berbentuk esai dan puisinya pernah beredar sampai ke media-media luar negeri.

Baca Juga: Patung Penumpas G30S PKI di Museum Dharma Bhakti Kostrad Dibongkar. Ada Apa?

Pasalnya, AS Dharta sejak muda memang aktif bergerilya. Dia anggota Angkatan Pemuda Indonesia, pimpinan Serikat Buruh Pelabuhan, Serikat Buruh Batik, Serikat Buruh kendaraan Bermotor--ketiganya kemudian menjadi satu dalam serikat besar buruh Indonesia, SOBSI.

Sesudah itu, AS Dharta masih juga bergabung ke Federasi Pemuda Demokrat, Federasi Perdagangan Dunia, dan Persatuan Pelajar Internasional.

Tak heran, begitu Partai Komunis Indonesia (PKI) mendirikan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) pada tahun 1950, AS Dharta langsung ditunjuk sebagai Sekretaris Umum.

Baca Juga: Misteri Keberadaan Kuburan Tan Malaka, Pimpinan PKI yang Juga Pahlawan Nasional

Menjadi pengurus Lekra tidak membuat AS Dharta menjadi terlalu sibuk sehingga berhenti menulis.

Diam-diam, AS Dharta terus menulis di mana-mana, menggunakan berbagai macam nama pena.

Diketahui, AS Dharta pernah menulis menggunakan nama Jogaswara, Barmara Poetra, Rodji, Purwa Atmadja, bahkan memakai nama perempuan Klara Akustia dan Kelana Asmara. Tidak tertutup kemungkinan ia punya nama lain lagi.

Baca Juga: Biro Khusus, Bukti Infiltrasi PKI di Tubuh Militer

Menulis di balik nama pena berbeda-beda membuat kalangan sastrawan di masa itu jadi bertanya-tanya tentang alasan di balik pemilihan tiap nama AS Dharta.

Menurut rekan sesama pujangga, Asrul Sani, nama Klara Akustia terdengar seperti nama orang Hungaria. Namun, sastrawan lainnya membantah, yakin Klara Akustia adalah panggilan AS Dharta pada istrinya yang kabur ke Belanda dengan tentara KNIL.

Sedangkan mengenai nama Jogaswara, banyak yang menduga nama itu diambil tokoh dalam cerita Mantri Jero karya R. Memed Sastrahadiprawira. Si Jero itu adalah seorang ksatria muda idealis dan teguh dalam pendiriannya. 

Karier AS Dharta sebagai Sekretaris Umum Lekra tamat setelah ia diketahui terlibat skandal perselingkuhan. Kabar pemecatannya bahkan disebar melalui Harian Rakjat yang merupakan koran yang berafiliasi erat dengan PKI.

Meskipun begitu, AS Dharta turut diciduk setelah pemberontakan G30S PKI terbongkar pada 30 September 1965.

AS Dharta dijebloskan ke penjara Kebonwaru di Bandung. Selama di dalam bui, AS Dharta terus menulis.

Justru saat di balik jeruji besi itulah AS Dharta menyusun kamus Inggris-Sunda. Demikian keterangan dalam buku Sejarah Kecil Indonesia karya Rosihan Anwar.

AS Dharta dibebaskan pada tahun 1978. Namun, Kamus Sunda-Inggris tersebut tak pernah kelar dia buat sampai wafat pada tahun 2007.***

 

Editor: Abhiseva Harjo Nugraha


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini